SINOPSIS FILM THE STEPFORD WIVES

FILM  THE STEPFORD WIVES termasuk film thriller-komedi sangat modern. Film The Stepford Wives ini sebelumnya sudah pernah dibuat tahun 1975, dibintangi oleh Katherine Ross sebagai Joana, Peter Masterson sebagai Walter.Jadi, tersebutlah Joana (Nicole Kidman), wanita karir yang sukses besar di industri pertelevisian. Acara-acara yang dia buat selalu sukses di pasaran. Tapi, dia malah ‘tersandung’ di acara reality show terbarunya. Dan terpaksalah Joana dipecat. Joana pun stress berat.
Suami Joana, Walter (Mathew Broderick) mengajak keluarganya pindah ke daerah Stepford. Alasannya biar Joana dapat suasana baru. Tapi, tempat ini ternyata aneh banget. Perempuan-perempuannya berdandan seragam, rambut pirang, panjang, baju kaya’ Barbie, cara senyum mereka sama, cara bicara. ‘Dikomandanin’ sama Claire (Glenn Close), para ibu-ibu Barbie ini ‘dituntut’ untuk selalu melayani suami mereka. Sementara suami-suami mereka, berkumpul di sebuah Club House. Di sana mereka hanyak main bilyar, ngobrol dan terkadang ‘merendahkan’ istri mereka.
Joana berusaha menyesuaikan diri dengan keanehan itu. Tapi, makin lama, Joana curiga, terutama ketika ada pesta rakyat, salah seorang istri, tiba-tiba berputar-putar tanpa kendali, tau-tau dia jatuh dan ‘pingsan’, tapi menurut Joana, perempuan itu mengeluarkan asap dari telinganya.
Mulailah Joana, sama dua temennya yang juga merasakan kejanggalan, Bobby (Bette Midler) – seorang penulis, dan Roger (Roger Bannister – yang ngejer-ngejer Bree di Desperate Housewives) – yang gay, nekat mengendap-endap ke dalam club house.
Setiap hari berada di club house, Walter mulai ‘teracuni’ dan bertekad untuk juga mengubah istrinya jadi penurut. Suatu hari, Joana berhasil menemukan penyebab kenapa perempuan-perempuan itu terlihat seragam. Dan, Joana menyusul Walter ke club house untuk mengajak dia segera ‘cabut’ dari Stepford.
Tapi, sampai di sana, malah Joana ‘dipaksa’ untuk berubah, dipaksa untuk jadi seperti perempuan-perempuan lain di Steford. Ternyata, para pria di Steford gak rela kalo perempuan punya kedudukan yang lebih tinggi dari mereka.
Sampai akhirnya di sebuah pesta dansa, terungkaplah rahasia yang sebenarnya, semua pria kalang kabut ketika melihat istri mereka ‘normal’ kembali.

OPINI SAYA TENTANG FILM THE STEPFORD WIVES
Film the stepford wives merupakan film unik karena mengangkat tema maskulinitas dan feminisme. Film ini seperti menghadirkan mimpi tentang kehidupan (gaya cinta) yang ideal dan membahagiakan  bagi orang Amerika. Sosok wanita menjadi pendukung dan pemuas kebutuhan seorang pria. Di sini terjadi pertentangan antara tokoh Joanna yang memperjuangkan feminisme dan Claire didukung Mike, suaminya,  yang memperjuangkan maskulinitas di daerah Stepford, Amerika.
Ide film ini sangat “brilliant” dengan alurnya yang menceritakan bahwa ada seorang wanita sukses yang merasa lelah dan tertekan batin akan kesuksesan dunianya sehingga ia pun menginginkan kehidupan yang normal seperti wanita pada umumnya. Punya waktu bersantai dengan sesamanya, menghabiskan waktu bersama anak-anaknya di rumah, dan tentu menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah. Sepertinya sang pembuat film memang menginginkan suasana kehidupan pria dan wanita di masa depan bahagia tanpa ada ancaman, di antaranya kedudukan wanita yang lebih tinggi dari pria yang bisa menjadi pemicu hancurnya kebahagiaan itu. Film ini mencitrakan sosok wanita ideal untuk masa depan Amerika itu seperti “robot”, selalu menurut, manis, dan tidak punya keegoisan diri. Wanita di masa depan ibarat manusia yang tak punya gairah hidup.
Tapi lepas dari kebenaran siapa yang kedudukannya harus lebih tinggi, saya pribadi kurang setuju dengan ide film ataupun gambaran cerita yang ditawarkan film ini. Pria dan wanita punya hak yang sama untuk meraih hidup yang diinginkannya. Pria tak bisa memaksa agar wanita hanya menjadi pelayannya saja tanpa memikirkan dirinya sampai-sampai membuat wanita menjadi “robot”. Sangatlah tidak masuk akal dan melanggar hak asasi manusia.
Mungkin ada sebagian ide cerita dari film ini yang benar. Sosok wanita sesukses apapun tetaplah wanita. Jadi ada suatu pelajaran dari film ini, yakni ingat kodrat masing-masing dalam hidup ini. Wanita boleh saja lebih sukses dari pria tapi  dia tetap harus berperilaku layaknya wanita umumnya, melakukan pekerjaan rumah dan menjaga penampilan. Dan intinya dalam kehidupan pasangan pria dan wanita itu harus saling melengkapi dan paham posisi masing-masing. Wanita memang sangat bagus jika ikut membantu pria dalam mencari nafkah, namun yang musti diingat, wanita juga seorang istri yang mendukung dan melayani suaminya serta seorang ibu yang merawat dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Terkadang hidup itu tak selamanya butuh kesempurnaan karena ternyata kesempurnaan tidak menjadikan semua jadi lebih baik. Cinta yang berlebihan malah bikin jadi posesif dan cenderung membuat dendam ketika disakiti. Lebih baik jadi manusia yang biasa-biasa aja, yang normal, yang kadang bikin salah, tapi tetap punya hati, daripada jadi sosok yang serba sempurna tapi malah jadi kaya’ robot. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer